Rabu, 31 Juli 2013

Delapan minggu setelah pergi dari kehidupanmu....

Aku pernah jadi yang paling respek terhadapmu. Aku pernah menjadi orang yang paling menjagamu saat jemariku masih erat menggenggam jemarimu. Kita  pernah pula merasa bahwa yang aku dan kamu jalani adalah yang selama ini kita cari-cari, kebahagiaan yang nyata meskipun kita berada jauh di tempat berbeda.

Sudah lewat delapan minggu sejak aku memutuskan untuk pergi dalam kehidupanmu setelah aku tahu segala usaha yang telah aku kerahkan belum menampakkan hasil seperti yang ku harapkan. Namun,entah mengapa ingatanku masih sangat tajam mengenang kita yang dulu pernah ada. Aku pernah kaubuat tertawa dalam setiap canda kita, dalam setiap pesan singkat, dalam setiap
sambungan telepon, dan dalam setiap tatap mata. Saat
itu, aku percaya bahwa kamulah yang kelak akan menjadi orang yang pertama kulihat saat aku membuka mataku di waktu subuh. Serta membuka pikiranku dan perasaanku tentang cinta,bahwa cinta tak selalu luka dan dusta. Hadirmu membuat aku percaya, bahwa kita sedang menuju bahagia, aku dan kamu sedang dalam perjalanan menuju ujung pencarian kita. Tapi, akupun yang selalu bicara tentang cinta; ternyata bisa juga salah.

Aku salah mengartikan semuanya. Kupikir perhatianmu sungguh kau tunjukkan tulus untukku. Kukira segala ungkapan dan ucapanmu adalah hal mutlak yang menjadi peganganku. Aku menduga bahwa yang selama ini kita jalani adalah kekuatan cinta. Kekuatan cinta yang kelak mempertemukan kita di sebuah wadah yang namanya surga. Ah, aku begitu cepat menduga. Yang selama ini kuberi nama cinta, hanyalah omong kosong belaka. Yang kukira perasaanmu nyata, ternyata hanya fatamorgana di teriknya siang.
Dalam pikiranmu aku menerka, kau menganggap diriku sebagai medan permainanmu, tempat kau melarikan kekesalan pada masa lalumu. Tak pernahkah kau berpikir apa yang kau lakukan terhadapku, pernah juga kau alami dengan mantan yang meninggalkanmu begitu saja, meninggalkan untuk pergi bersama wanita lain ke pelaminan. Saya mengira kau pernah merasakan sakitnya. Apakah ini bentuk balasanmu untuk aku terhadap kasih masa lalumu yang tak berbalas.

Setelah aku memutuskan untuk menghilang dari kehidupanmu, kamu tak pernah lagi hadir untuk menjalin komunikasi. Bahkan untuk sekadar tahu kabarku, bahkan untuk sedikit saja menyapaku; kamu tak mau. Aku menunggu saat-saat aku dan kamu bisa melebur jadi
satu. Saat aku dan kamu melupakan perbedaan kita, saat-saat aku tak peduli berapa sering kau mendustaiku, saat aku tak peduli dengan rasa sakit saat kau mencoba menduakanku. Aku sudah berada dalam titik itu, tapi kauterus diam, tak ingin kuajak berjalan dan melangkah terlalu jauh. Jika selama ini semua terasa begitu manis, mengapa kauberikan aku sesuatu yang sangat pahit di akhir, sayang ?

Delapan minggu setelah aku menjauh darimu.Tak banyak berubah. Langitku masih sama, mendungku masih ada. Ingatanku masih keram. Kamu datang dan pergi sesuka hati, membiarkanku jadi penonton dalam dramamu. Kamu berganti-ganti topeng sesuka hati,
membiarkanku kebingungan membedakan dirimu yangnsesungguhnya masih begitu abu-abu.

Tak pantas lagi mengharapmu kembali di sisiku,kamu yang dulu ku pikir begitu baik, manis,santun dalam kata serta sopan dalam perilaku  sekarang jadi begitu sadis. kini kau sudah berganti wajah.
Aku tak paham wanita macam apa yang dulu kucintai. Ketololanku semakin lengkap ketika kutahu, kamu begitu mudah punya yang baru, sementara di sini aku masih sibuk menyembuhkan lukaku.
Di antara rasa lelah menunggu, di antara kesabaran
merindu; ternyata keimananku masih berani mengeja namamu
dalam setiap sujud dan doaku. Selamat delapan minggu,sayang. Semoga kelak kau temukan Imammu...

Secret Place,,31Juli2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar